The Asian Network for Free Elections (ANFREL) menyoroti empat masalah penyelenggaraan Pemilu Filipina 2022. Pada rilis pers di Manila, 11 Mei 2022, permasalahan ini ANFREL sampaikan menyertakan ucapan selamat atas kesemarakan Pemilu Filipina 2022 yang secara umum berlangsung damai.
Masalah pertama adalah masalah teknis dan pengumuman hasil. ANFREL menyatakan keprihatinan terhadap kegagalan setidaknya 1.867 mesin penghitung suara (VCM) atau kartu SD. Jumlah ini lebih besar dibanding Pemilu 2016 dan 2019. Akibatnya, antrean pemilih menjadi amat panjang, bahkan sebagian pemilih harus menghabiskan waktu 12 jam untuk memilih. Masalah ini merusak persepsi pemilih dan pemangku kepentingan lainnya terhadap hasil pemilu sehingga mendorong protes.
Kedua, lingkungan hari pemilihan dan proses pemungutan suara. Dari keseluruhan TPS pemantauan ANFREL, lebih dari setengahnya membuat khawatir kerahasiaan surat suara. Selain itu, memakai masker sebagai bagian dari protokol kesehatan pada konteks COVID19 lebih disikapi dengan sukarela, bukan ketaatan hukum. Selebihnya penjagaan jarak antara pemilih atau petugas, banyak dilanggar.
Ketiga, lingkungan kampanye. Hari H pemungutan suara yang memilih semua jabatan politik di nasional dan lokal, membuat Pemilu Filipina amat semarak. Sisi lain dari hal positif ini, adalah maraknya alat peraga kampanye dan politik uang.
Keempat, kekerasan pemilu. ANFREL menemukan 15 kejadian yang diduga sebagai kekerasan dalam pemilu. Kepolisian Nasional Filipina (PNP) pun mencatat ada 16 kasus di TPS. Semua ini termasuk 18 orang tewas karena penembakan. Selain itu ada 33 kasus pelecehan terhadap guru pada hari pemungutan suara.
ANFREL memantau 197 daerah pemilihan di seluruh Filipina untuk menyaksikan proses pembukaan, pemungutan suara, dan penghitungan suara. Ada 65.831.792 pemilih terdaftar diundang Komisi Pemilihan Umum (COMELEC) untuk memberikan suara di 106.174 daerah pemilihan. []
